BATAN sebuah nama sakral untuk
litbang nasional di bidang nuklir. Hari ini saya belajar banyak darimu. Disiplin
dan pantang menyerah. System yang ketat dan multidisiplin. Perangkat peneliti
yang teliti yang menjunjung tinggi profesionalitas. Di sudut yang lain saya
masih heran, harusnya PLTN dapat hadir di Negara ini mengingat kinerjamu yang
tinggi.
Siang kian membara. Motor lusuh
pinjaman bapak tercinta mulai kukayuh slahnya. Ngreng..ngrengg. Di bawah terik
sinar yang mulai membakar tanganku. Berteman satu batang 76 kretek yang lincah
dianatara jari-jariku. Dengan kecepatan bernada tenang kumulai menuju
ketempatmu, BATAN.
Tas hitam itu menyimpan dokumen
penting untuk menunjang studiku di UII. Laporan PKL yang belum genap di ACC
oleh perangkat pejabat di BATAN. “Permisi bu.” Ucapku pada wanita paruh baya
berbaju putih bercelana biru. Meski wanita, ia nampak tegas dan berwibawa, pun
santun.
Setelah melempar senyumnya ia menjawab sapaanku,”Ada yang bisa dibantu mas?”
“Mau bertemu Bu Endang.”
Tak lama ia menyiapkan surat
keterangan (disediaka bagi tamu berisi data detail penamu dan yang ditemui),
khas BATAN banget. Semua orang asing yang masuk terdata, aman. Meski agak ribet
jika tiap hari begitu terus menerus.
Bangunan tinggi menjulang.
Reaktor kartini.