Dewasa ini dunia sedang mengalami penipisan cadangan energi yang berasal dari bahan bakar fosil(minyak. gas alam dan batu bara) diiringi dengan kenaikan harga minyak dunia tahun kemarin hingga sempat melampaui US$100 per barel. Dan seperti yang diketahui bersama, bahwa sumber utama yang menghasilkan karbon dioksida yang dilepaskan ke atmosir adalah bahan bakar fosil yang menyebabkan global warming(CO2 termasuk salah satu gas rumah kaca). Persoalan ini telah mendorong berbagai Negara untuk mencari energi alternatif pengganti yang ramah lingkungan, dan yang dapat dipeherbaharui(tidak bakal habis), diantaranya ethanol yang berasal dari fermentasi sagu dan ketela.
Kenapa Sagu dan Ketela?
Indonesia itu memiliki sumber daya alam yang sedemikan melimpah, namun seringkali kita sebagai penghuninya tidak bisa memanfaatkannya secara maksimal. Bahkan banyak yang dicuri dan dieksploitasi oleh Negara asing.
Sagu dan ketela adalah tanaman asli Indonesia. Sagu banyak dijumpai di berbagai daerah terutama di wilayah Indonesia timur. Sedangkan ketela kita tahu sendiri banyak dijumpai di mana-mana. Intinya tanaman tersebut mudah budidayanya sehingga mudah tumbuh di Indonesia. Bahkan di Irian Jaya sana sagu tidak ditanam akan tetapi cuma dibiarkan saja tumbuh di hutan.
Sagu dan ketela memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi, yang mana dari karbohidrat itu dapat difermentasikan menjadi ethanol. Dan ethanol inilah yang dapat menggantikan bensin pada kendaraan. Pemanfaatn energi tersebut yang biasa kita dengar dengan bioethanol. Emisi yang ramah lingkungan dan SDA yang mudah didapat. Pengolahannya juga cukup mudah Hasil yang didapat insya Alloh dapat mengatasi krisis energi saat ini. Dan hasil sisa pengolahannya pun dapat dimanfaatkan sebagai pupuk dll.
Prosesnya
Disini akan saya terangkan mengenai teori dasarnya.
Diawali dari karbohidrat yang terkandung dalam sagu dan ketela. Karbohidrat(polimer) tersebut kita pecah menjadi monomer-monomer melalui proses hidrolisa. Cara ini dilakukan dengan pemanasan dan diberi senyawa yang dapat memecah karbohidrat (H2SO4,dll). Hal ini dimaksudkan agar bakteri untuk fermentasi dapat mengubahya ke ethanol secara maksilmal. Setelah itu melalui proses fermentasi, yang mana difermentasikan dengan bakteri sacharomyces kurang lebih selama 72 jam. Bakteri ini akan mengubah monomer-monomer tadi menjadi alcohol melalui proses fermentasi. Setelah itu melalui proses distilasi yaitu pemisahan komponen larutan berdasarkan titik didih. Yaitu kita memisahkan antara alcohol dengan ampas dan air berdasarkan titik didih alcohol. Setelah itu dapat kita ambil alkoholnya.
Prospek ke Depan
Pemerintah sangat mendukung akan hal ini. Ketentuan yang menjamin hal ini adalah Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati.
Disertai sudah banyaknya penelitian tentang hal ini, seminar-seminar, dll. Dan penerapan-penerapan tentang ini juga sudah dilakukan walaupun hanya satu dua. Pemerintah yang akan memulai usaha tersebut harus selayanya kita dukung dan kita do’akan agar berjalan dengan lancar. Karena di luar negeri sudah banyak yang telah menerapkan bioenergi sepertihalnya ini.
Artikel ini diilhami dari seminar nasional Sagu Prospek Ketahanan Pangan dan energi Nasional yang saya ikuti bersama Bu Eni(guru saya) dan teman-teman saya jurusan kimia industri STEMBAYO(STM Prmbangunan Yogyakarta)/SMK N 2 Depok.
Kenapa Sagu dan Ketela?
Indonesia itu memiliki sumber daya alam yang sedemikan melimpah, namun seringkali kita sebagai penghuninya tidak bisa memanfaatkannya secara maksimal. Bahkan banyak yang dicuri dan dieksploitasi oleh Negara asing.
Sagu dan ketela adalah tanaman asli Indonesia. Sagu banyak dijumpai di berbagai daerah terutama di wilayah Indonesia timur. Sedangkan ketela kita tahu sendiri banyak dijumpai di mana-mana. Intinya tanaman tersebut mudah budidayanya sehingga mudah tumbuh di Indonesia. Bahkan di Irian Jaya sana sagu tidak ditanam akan tetapi cuma dibiarkan saja tumbuh di hutan.
Sagu dan ketela memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi, yang mana dari karbohidrat itu dapat difermentasikan menjadi ethanol. Dan ethanol inilah yang dapat menggantikan bensin pada kendaraan. Pemanfaatn energi tersebut yang biasa kita dengar dengan bioethanol. Emisi yang ramah lingkungan dan SDA yang mudah didapat. Pengolahannya juga cukup mudah Hasil yang didapat insya Alloh dapat mengatasi krisis energi saat ini. Dan hasil sisa pengolahannya pun dapat dimanfaatkan sebagai pupuk dll.
Prosesnya
Disini akan saya terangkan mengenai teori dasarnya.
Diawali dari karbohidrat yang terkandung dalam sagu dan ketela. Karbohidrat(polimer) tersebut kita pecah menjadi monomer-monomer melalui proses hidrolisa. Cara ini dilakukan dengan pemanasan dan diberi senyawa yang dapat memecah karbohidrat (H2SO4,dll). Hal ini dimaksudkan agar bakteri untuk fermentasi dapat mengubahya ke ethanol secara maksilmal. Setelah itu melalui proses fermentasi, yang mana difermentasikan dengan bakteri sacharomyces kurang lebih selama 72 jam. Bakteri ini akan mengubah monomer-monomer tadi menjadi alcohol melalui proses fermentasi. Setelah itu melalui proses distilasi yaitu pemisahan komponen larutan berdasarkan titik didih. Yaitu kita memisahkan antara alcohol dengan ampas dan air berdasarkan titik didih alcohol. Setelah itu dapat kita ambil alkoholnya.
Prospek ke Depan
Pemerintah sangat mendukung akan hal ini. Ketentuan yang menjamin hal ini adalah Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati.
Disertai sudah banyaknya penelitian tentang hal ini, seminar-seminar, dll. Dan penerapan-penerapan tentang ini juga sudah dilakukan walaupun hanya satu dua. Pemerintah yang akan memulai usaha tersebut harus selayanya kita dukung dan kita do’akan agar berjalan dengan lancar. Karena di luar negeri sudah banyak yang telah menerapkan bioenergi sepertihalnya ini.
Artikel ini diilhami dari seminar nasional Sagu Prospek Ketahanan Pangan dan energi Nasional yang saya ikuti bersama Bu Eni(guru saya) dan teman-teman saya jurusan kimia industri STEMBAYO(STM Prmbangunan Yogyakarta)/SMK N 2 Depok.
semoga masyarakat indonesia sadar betul akan penggunaan bahan bakar.
BalasHapusbetul betul tuh... SETUJU BANGET !
BalasHapuswuich, ditunggu aja ach penerapannya..
BalasHapussemoga secepatnya..
Wah hebat ternyata kmu pintar KIMIA ya (ya iya lah secara jurusan KIMIA gitu loch) tapi apa bis menggantika bahan bakar bensi beneran? apa sudah di uji joba?
BalasHapusKalau itu emang bener2 bisa dilakukan.. aku bangga banget dech jadi Orang Indonesia :)
BalasHapuskapan ya itu semua bisa terjadi... .
BalasHapusSemoga bisa tercapai
BalasHapusAsal gak pepes di jalan aja, rencana ini pasti disambut baik. :)
BalasHapusaku setuju!!!
BalasHapuscuma harus diperhatikan adalah konversi bahan pangan ke bahan energi. harus ada pemenuhan supply atas 2 demand tersebut.
Indonesia sebenarnya potensial sekali, dukungan juga banyak..namun pemenuhan keputusan pemerintah yg lama baik pemenuhan 2demand tsb maupun proyek pengolahan beserta awaknya...
BalasHapusbangga sekali punya anak muda yg gak cuma mikirin soal perut. sagu & ketela di otak orang banyak paling enak untuk ngisi perut.
BalasHapusSemoga bisa tercapai
BalasHapusghyaaa..gw ngebayangin kalo pake bahan bakar sagu dan ketela..trus..kalo dipacu, dari knalpotnya kluar roti & kue2 mungil, smakin laju smakin banyak hasilnya..wiich..kereeen..motorx jg berfungsi jd pabrik roti hehehehe...tinggal ditampung pake wadah dibawah knalpot ghyaaa....
BalasHapus(imajinasiku.....hiks..)jd gak ada lagi orang2 kelaparan..dan kekurangan gizi...hiks...
Tapi apa malah nggak pemborosan...? Makanan yang seharusnya bisa menghidupi kita dan orang miskin lainnya hanya kita gunakan untuk menghidupi mesin motor kita...? Bukankah akan lebih baik jika kita memanfaatkan tenaga surya. Rasakan aja betapa panasnya terik matahari sekarang ini, kalau kita manfaatkan bukankah itu akan lebih baik...?
BalasHapuswah baru tau nh aku kalau dari sagu dan ketela bisa juga dijadikan sebagai bahan bakar..
BalasHapusTFS frenz :)
wah...mantap kalo bisa terwujudkan...
BalasHapuskenalan yo mas
BalasHapuswah apik tenan postingge
suwun yo
eh ayo tuke link? mau?
suwun
Postingan artikel yang sangat bermanfaat dan menambah wawawan..
BalasHapusBagus banget tuh kalau Sagu dan Ketela benar-benar bisa dioptimalkan
waa...setuju banget tuh
BalasHapussemoga segera terwujud...
tapi kira2 nanti sagu / ketela-nya bakalan naik juga nih harganya.....??
Informasi yang berguna sekali
salam kenal & makasih
permasalahannya, negara ini SDM nya mash jauh di bawah standar, kalo SDA nya yah.. melimpah banget... makanya sering 'dicuri' oleh negara lain... menyikapinya, perlu memberdayakan SDM mpe benar2 ngga bergantung pada negara lain.. iya ngga..?? nice sharngnya
BalasHapusSaya semakin Optimis ada generasi yang memikirkan Energi seperti Anda..
BalasHapusNice post...semakin banyak orang kreatif,maka bumi akan semakin lama 'bernafas lega'...
BalasHapusbiaya mengolahnya murah nggak?
BalasHapussebenarnya saya tertarik untuk berbisnis seperti itu...
(tapi tinggal tunggu modal ama kesempatan,hehehe)
YUKKK dukung hemat energi untuk kehidupan generasi selanjutnya
BalasHapussangat mendukung.
BalasHapusnah, mari kita dukung hal2 yang seperti ini...
BalasHapussemua negara kalo ini berhasil sebaiknya pada ngikut we....
oh jurusan kimia ya, sama donk. Tapi saya udah duluan, jur. kimia ui
BalasHapusaward buatmu sob
BalasHapusNice post ..!!!
BalasHapusKelangkaan bahan bakar sudah semakin sering terjadi
Bro, boleh di-repost di http://www.stembayo.com nggak nie artikelnya? Atau mau tulis sendiri di stembayo.com? saya beri akses...
BalasHapusStembayo angkatan berapa?
duadua mengatakan...
BalasHapus2009 Maret 27 02:17
biaya mengolahnya murah nggak?
sebenarnya saya tertarik untuk berbisnis seperti itu...
(tapi tinggal tunggu modal ama kesempatan,hehehe)
::hemm klo skala home industri masih relatif sih murah..tapi kalau skala besar..emang sedikit mahal tapi justru lebih efisien
Riema Ziezie mengatakan...
2009 Maret 27 03:12
YUKKK dukung hemat energi untuk kehidupan generasi selanjutnya
::sip mari kita dukung terus
Rian Xavier mengatakan...
2009 Maret 27 05:31
sangat mendukung.
::sip
arikaka.com mengatakan...
2009 Maret 27 05:55
nah, mari kita dukung hal2 yang seperti ini...
semua negara kalo ini berhasil sebaiknya pada ngikut we....
::hu'um tapi memberi aspirasi tentu juga perlu
ari ajah mengatakan...
2009 Maret 27 23:32
oh jurusan kimia ya, sama donk. Tapi saya udah duluan, jur. kimia ui
::hemm lebih pinter dong
Q_XidiX mengatakan...
2009 Maret 28 08:42
award buatmu sob
::sip
abang mengatakan...
2009 Maret 28 18:03
Nice post ..!!!
Kelangkaan bahan bakar sudah semakin sering terjadi
::iya memang bener
ardi mengatakan...
2009 Maret 28 23:07
Bro, boleh di-repost di http://www.stembayo.com nggak nie artikelnya? Atau mau tulis sendiri di stembayo.com? saya beri akses...
Stembayo angkatan berapa?
::boleh sekali,saya angkatan 2006b masih kelas 3
mas sudah aku link
BalasHapusdi page/tukar link/
suwun yo
Tp kyknya msh prlu adanya mdfikasi di Engine Kndaraan ya? apa lngsung bs dipakai? scr kan iktn kimia Bensin n Ethanol agak berbda blngan Oktan nya jg beda, apa design Engine yg knvesional bs lngsung makan tu ethanol,,,
BalasHapusMg2 ja gk prlu ada mdfikasi engine jd gk prlu biaya tmbahn...
Sudh saat nya Indonesia Go BioFuel, Negara Brazil ja bs lho...
setuju... bisa mengurangi polusi.. tp motornya apa tetep pake motor dng bahan bakar bensin itu
BalasHapusbaru tau neh ada bahan bakar sagu sama ketela... mmm apa gak bau ya???
BalasHapus@Street.Walker mengatakan...
BalasHapus2009 Maret 30 09:03
Tp kyknya msh prlu adanya mdfikasi di Engine Kndaraan ya? apa lngsung bs dipakai? scr kan iktn kimia Bensin n Ethanol agak berbda blngan Oktan nya jg beda, apa design Engine yg knvesional bs lngsung makan tu ethanol,,,
Mg2 ja gk prlu ada mdfikasi engine jd gk prlu biaya tmbahn...
Sudh saat nya Indonesia Go BioFuel, Negara Brazil ja bs lho...
::iya emang perlu dirombak dikit, yaitu selang karetnya, coz ethanol dapat merusak karet, bisa diganti dg sejenis logam, n klo masalah oktan sih belum tau secara spesifik ya, tapi memang ga' murni ethanol 96% tapi juga dicampur dg senyawa lain..
iya indonesia memang kurang berani mengambil sikap.
@Diary Pink mengatakan...
2009 Maret 30 21:11
setuju... bisa mengurangi polusi.. tp motornya apa tetep pake motor dng bahan bakar bensin itu
::kemungkinan bisa, namun sedikit dirombak, mungkin untuk awal kadar ethanolnya masih ditambah senyawa2 lain yg mendukung mesin tsb.
Lyla mengatakan...
2009 Maret 30 21:16
baru tau neh ada bahan bakar sagu sama ketela... mmm apa gak bau ya???
::justru tidak bau karena pembakarannya lebih sempurna dibanding dg bensin, pada dasarnya ethanol yg alami lebih ramah lingkungan
seorang cowok ganteng datang berkunjung kemari huaahahahahaha
BalasHapusTerima ya award dari saya yang bernama fabulous blogger award... thx
BalasHapussebagus apakah ethanol ketela bisa dijadikan BB.. trus masalah emisinya gmn plus dampak lingkungannya?
BalasHapusaq ce se7..se8..se9 ampe se10 bgt
BalasHapushehe
@Muhamad Amantra
BalasHapuskalau bagusnya relatif lebih kepada emisinya mas, karena emisi yang ramah lingkungan(pembakaran lebih sempurna)karbon sisa lebih sedikit daripada bensin, hal tersebut berdampak lebih aman untuk lingkungan daripada fossil fuel, selain eksploitasi minyak bumi yang dapat ditekan, juga dapat menjawab krisis global warming sekarang ini, karena pada dasarnya mengurangi emisi karbon dan gas2sisa pembakaran lainnya dengan syarat jika diterapkan secara menyeluruh dan skala besar..wallahu'alamu bisshawab
@Endy
sip deh
Coba anda usulkan ke guru2/kepala sekolah/ka.Jurusan kimia, untuk bikin proyek percontohan pembuatan bioethanol tsb. Action! Kalau sukses, pasti massa sekitar mengikuti jejak anda. _ebta, stembayo/elkom05
BalasHapussudah hampir setahun..postingan in bagus..idenya keren..tapi samapi saat ini blom berkembang
BalasHapus